Selain itu, tari juga memerlukan tempat untuk pentas, karena memiliki perbedaan untuk upcara sakral atau hiburan.
Tarian cokek mirip sintren dari Cirebon atau sejenis ronggeng di Jawa Tengah. Sebagai informasi, tarian cokek kerap identik dengan keerotisan penarinya, yang macau toto jam 4 dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
(2020) oleh Muryanto, tari merupakan salah satu cabang kesenian yang dipertunjukkan sehingga dituntut utuk tetap hidup dan berkembang secara inovatif agar dapat menghibur.
Pembukaan pada tari cokek ialah wewayangan. Penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang kromong. Rentangan tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.
Tiap pasang berhadapan pada jarak yang dekat tetapi tidak saling bersentuhan. Ada kalanya pasangan-pasangan itu saling membelakangi.
Di ujung sebelah bawah celana biasa diberi hiasan dengan kain berwarna yang serasi. Selembar selendang panjang terikat pada pinggang dengan kedua ujungnya terurai ke bawah.
Perbedaan antara tari cokek dengan tari sirih kuning ketika tampil adalah pada tari sirih kuning terdapat proses penyerahan sirih dari/oleh mempelai pria kepada pengantin wanita, atau pada hiburan penyambutan tamu kehormatan. Sementara, pada tari cokek saat tampil merupakan penari cokek, bukan mempelai.
Dewasa ini orkes gambang kromong biasa digunakan untuk mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, di samping sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek.
Pakaian penari cokek biasanya terdiri atas baju kurung dan celana panjang dari bahan semacam sutera berwarna.